Nama: Tassya Anjani P
Kelas: 3EA10
NPM: 16210825
PERILAKU
KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BAKSO DI MALANG
THE
CONSUMERS` BEHAVIOR IN PURCHASING MEATBALLS IN MALANG
Budi
Hartono*, Umi Wisapti Ningsih, dan Nila Fithria Septiarini
Fakultas
Peternakan, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran, Malang, Jawa Timur
INTISARI
Penelitian dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik dan faktor yang mempengaruhi
pembelian
bakso sapi di Malang.
Penelitian dilakukan di Malang, Jawa Timur pada bulan Maret 2011. Jumlah
responden sebanyak 120 konsumen yang dipilih secara Accidental Sampling.
Data dianalisis dengan cara deskriptif dan analisis faktor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden melakukan pembelian bakso adalah
perempuan, berstatus pelajar, mempunyai umur di bawah 35 tahun, pendapatan
individu yang diperoleh antara Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 per
bulan dan harga bakso dikategorikan terjangkau oleh konsumen. Pola mengkonsumsi
bakso bukan sebagai makanan pokok tetapi sebagai kuliner, hobi, dan makanan
camilan. Delapan faktor yang dipertimbangkan responden secara berurutan adalah
harga, kelas sosial, kemudahan mencapai lokasi, parkir, tampilan penyajian,
kepuasan, pendapatan, dan demografi.
ABSTRACT
The objective of this
research were to analyzed the characteristics and the factors influencing the
purchasing of
meatballs in Malang.
The research was conducted in Malang, East Java in March 2011. One hundred and
twenty
consumers were chosen
as respondents by Accidental Sampling method. Data were analyzed by descriptive
and factor analyses. The results showed that most customers were women, student
status, with the age below 35 years old, and incomes level of IDR 1.000.000,00
into IDR 2.000.000,00 per month. The meatball`s price was affordable by the
consumers. The meatball`s purchasing patterns showed that the meatball was
consumed not as a main meal but only for culinary, hobby and also as snacks.
The eight factors considered by consumers of meatball purchasing consecutively
were price, social class, accessibility, parking, display presentation, satisfaction,
income and demographics, respectively.
Pendahuluan
Kota Malang juga
dikenal sebagai kota Bakso selain kota Apel. Bakso merupakan makanan daging
sapi yang dicampur dengan terigu yang dimasak dengan proses tertentu untuk
dikonsumsi. Bakso sangat populer dan digemari semua kalangan dengan harga yang
bervariasi dan terjangkau oleh konsumen. Tarwotjo et al. (1971)
menjelaskan bahwa bakso daging sapi merupakan sumber protein hewani karena
daging sapi mengandung protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Usaha
bakso membutuhkan tenaga kerja mulai dari lokasi penggilingan, sampai daerah
produsen dan pemasaran. Bakso dibuat menggunakan daging segar agar dihasilkan
bakso yang kenyal dan kompak. Bahan baku bakso umumnya berasal dari daging paha
belakang sapi, akan tetapi dapat juga dibuat dari bagian karkas lainnya. Usaha
bakso dapat digolongkan sebagai usaha kecil. Parubak et al. (2004)
menjelaskan bahwa usaha kecil mempunyai peranan penting dan strategis dalam
mewujudkan pembangunan nasional. Usaha kecil merupakan usaha yang ditekuni oleh
sebagian besar masyarakat dan merupakan usaha yang mampu memperluas lapangan
kerja dan memberikan pelayanan yang luas kepada masyarakat. Pemerintah terus
berupaya membina kelompok usaha kecil agar menjadi usaha yang semakin efisien
dan mampu berkembang mandiri dan dapat membuka lapangan kerja baru. Dua faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian
yaitu faktor internal dan faktor eksternal
(Asseal, 1992).
Faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan strategi bauran pemasaran.
Faktor lingkungan terdiri dari faktor budaya, referensi dan kelas sosial.
Strategi bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, promosi, dan distribusi.
Faktor internal terdiri dari faktor gagasan dan karakteristik konsumen. Faktor
internal dan eksternal dalam interaksinya dapat mempengaruhi perilaku konsumen
baik secara individual maupun secara bersama-sama. Konsumen melakukan pembelian
tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, mutu
dan harga dari produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual akan berpengaruh
terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat dijangkau oleh
konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian terhadap produk
tersebut. Karakteristik penjualan bakso akan mempengaruhi keputusan membeli.
Konsumen akan menilai mengenai penjual, baik mengenai pelayanan, mudahnya
memperoleh produk dan sikap ramah dari penjual
(Tedjakusuma et al.,
2001). Penjual bakso harus memahami keinginnan konsumen dengan cara mempelajari
perilaku konsumen agar konsumen bersedia membeli baksonya. Pemahaman perilaku
konsumen yang baik dan tepat diharapkan akan mengembangkan kegiatan
pemasarannya. Penjual bakso daging perlu mengenal konsumen, sasaran dan model
keputusan yang dilakukan oleh konsumen, sehingga penjual bakso daging
mengetahui motif konsumen dalam menilai bakso daging yang sesuai dengan hati
nuraninya. Analisis faktor digunakan untuk menentukan urutan faktor yang
dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli bakso daging di Kota Malang,
sehingga perlu dilakukan penelitian agar penjual bakso dapat mempertahankan
eksistensinya.
Materi dan Metode
Penelitian dilakukan
dengan metode survei di Kota Malang dengan pertimbangan bahwa Kota Malang
dikenal sebagai Kota Bakso. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2011
di lima lokasi terbesar yang diambil secara purposive sampling yaitu
Bakso Solo Kidul Pasar, Bakso Kota Cak Man, Bakso Bakar Pahlawan Trip, Bakso
Presiden dan Bakso Duro Kepanjen. Jumlah sampel sebanyak 120 responden yang
diambil secaranAccidental Sampling. Pengumpulan data primer dengan
melakukan tanya jawab dengan responden berdasarkan kuesioner yang telah
dipersiapkan. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan
karakteristik responden yang diteliti serta distribusi item dari tiap variabel
dalam angka persentase. Analisis faktor digunakan untuk menentukan urutan
faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli bakso. Jenis data yang
digunakan analisis faktor adalah data ordinal dan skala pengukuran yang
digunakan adalah skala Likert
Hasil dan Pembahasan
Gambaran umum
responden
Hasil survei
menunjukkan bahwa usia konsumen yang mendominasi adalah kelompok usia 16–25
tahun sebanyak 62,5% dan usia 26–35 tahun sebanyak 25,83% (Tabel 1). Kelompok
usia ini tergolong usia produktif sehingga memerlukan kandungan nutrisi yang
cukup bagi tubuh dan perlunya menjaga kesehatan. Konsumen pada usianmuda
(remaja) dipengaruhi oleh aktifitas yang ditekuninya, teman-teman, dan
penampilan dari generasi tersebut. Usia responden diatas 45 tahun lebih sedikit
dikarenakan pada usia ini seseorang lebih berhati-hati dalam memilih dan mengkonsumsi
makanan yaitu lebih memilih makanan terbuat dari sayur-mayur (Kasali, 1998 cit.
Hermanianto dan Andayani, 2002). Hasil survei menunjukkan (Tabel 2) bahwa
responden perempuan (53,33%) lebih banyak dijumpai dibanding laki-laki (46,67%)
karena perempuan mempunyai kecenderungan senang berkumpul dan sering secara
bersama-sama membeli atau jajan bakso dengan tidak direncanakan. Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Hermanianto dan
Andayani (2002) yang menjelaskan bahwa pembeli bakso lebih didominasi kaum
perempuan karena perempuan mempunyai kecenderungan lebih senang berbelanja,
mudah terpengaruh oleh emosi dan menyukai jajan atau ngemil. Alasan ini yang
melatarbelakangi wanita sebagai konsumen terbesar bakso sapi. Kelompok sasaran
berdasarkan pendidikan yang ditempuh konsumen menunjukkan bahwa sebanyak 44,17%
responden memiliki pendidikan akhir SMU dan 39,17% responden memiliki
pendidikan akhir sarjana (Tabel 3), sehingga sebagian besar konsumen adalah
berpendidikan tinggi dan terpelajar. Pendidikan sebagai faktor psikologis yang
berpengaruh terhadap jenis dan mutu bahan makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini
memperlihatkan bahwa tingkat pemahaman dan pengetahuan seseorang tentang
pentingnya kandungan gizi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan (Kasali, 1998 cit.
Hermanianto dan Andayani, 2002). Data berdasarkan alasan konsumen membeli bakso
menunjukkan bahwa mayoritas konsumen mengkonsumsi bakso karena bukan sebagai
makanan utama (3,33%) tetapi sebagai kuliner, hobi, makanan camilan (Tabel 4).
Konsumen membeli bakso kuah umumnya dicampur dengan makanan lain seperti
gorengan, tahu atau sedikit mie basah. Responden membeli bakso biasanya di
tempat terkenal dan memiliki rasa yang sesuai dengan selera konsumen. Produk
bakso tetap digemari oleh konsumen. Karakteristik utama responden dalam membeli
bakso adalah daya beli konsumen yang dapat diperhatikan dari penghasilan yang
diperoleh konsumen setiap bulan. Kebanyakan konsumen membeli bakso selain
memperhatikan harga juga memperhatikan cara penyajian yang cepat dan praktis.
Rerata harga bakso satu porsi di Malang Rp. 5.000,00. Hasil survei menunjukkan
bahwa harga satu porsi bakso tersebut adalah sedang (Tabel 5) atau cukup yang
berarti tidak terlalu mahal ataupun tidak terlalu murah, sedangkan bakso
tersebut dianggap konsumen bukan sebagai makanan utama.
Analisis faktor
Hasil analisis faktor
perilaku konsumen dalam pembelian bakso di Malang menghasilkan 8 faktor yang
terbentuk (Tabel 7). Tabel 7 memperlihatkan bahwa faktor-faktor yang terbentuk
merupakan faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam pembelian bakso di Malang
sebesar 63,76% dan sisanya sebesar 37,14% merupakan faktorfaktor yang tidak
terlalu dipertimbangkan oleh konsumen. Untuk lebih jelasnya akan dibahas
interpretasi tiap faktor dari kedelapan faktor yang terbentuk (Tabel 7). Faktor
persepsi konsumen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam membeli produk bakso daging sapi memiliki persentase varian
sebesar 16,69% dan merupakan urutan pertama yang dipertimbangkan oleh konsumen
karena mempunyai nilai Eigen Value terbesar yaitu 3,672. Variabel yang
memiliki factor loading terbesar pada persepsi konsumen adalah
variabel harga yaitu sebesar 0,717 yang artinya variabel harga memiliki
korelasi sangat kuat terhadap faktor persepsi konsumen. Responden
mempertimbangkan harga bakso karena menurut penilaian responden tingkat harga
akan mempengaruhi jumlah pembelian suatu produk yang akan dikonsumsi. Hal
tersebut diperkuat dengan penilaian harga tidak terlalu mahal untuk setiap
porsi bakso adalah Rp. 5.000,00 yang termasuk kategori sedang (57,5%) (Tabel
5), sehingga apabila harga bakso terlalu tinggi maka responden akan
mempertimbangkan ulang sebelum membeli produk tersebut. Faktor lingkungan
memiliki persentase varian sebesar 9,310% dan memiliki urutan kedua faktor yang
dipertimbangkan oleh konsumen dengan nilai Eigen Value terbesar yaitu
2,048. Variabel yang memiliki factor loading terbesar pada faktor
lingkungan adalah variabel kelas sosial sebesar 0,741 yang artinya bahwa
variabel kelas social memiliki korelasi kuat terhadap faktor lingkungan,
sedangkan variabel yang memiliki factor loading terkecil adalah variabel
kebudayaan sebesar 0,680 yang artinya bahwa variabel kebudayaan memiliki
korelasi paling lemah jika dibandingkan dengan kedua variabel lain yang
mendukung pada faktor lingkungan. Kebudayaan tidak terlalu dipertimbangkan oleh
responden, dikarenakan responden membeli produk bakso bukan karena adat atau
kebiasaan masyarakat tertentu untuk mengkonsumsi produk ini. Produk ini bukan
menjadi makanan utama bagi responden. Hal ini diperkuat dengan penilaian
responden bahwa produk bakso bukan menjadi makanan utama hanya 3,33% (Tabel 5).
Produk ini dikonsumsi hanya sebagai kuliner, hobi, dan makanan camilan.
Kelas sosial
responden mempertimbangkan untuk membeli produk bakso tersebut. Tingkat
penghasilan responden sangat berpengaruh terhadap pembelian produk bakso.
Penghasilan yang lebih akan mempengaruhi kemudahan responden untuk membeli
produk tersebut. Hal ini diperkuat dengan data responden yang memiliki
penghasilan Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 sebanyak 52,50% (Tabel 6) akan
membeli produk tersebut lebih mudah karena menganggap produk tersebut memiliki
harga yang relatif terjangkau. Faktor referensi memiliki persentase
varianssebesar 8,707% merupakan faktor urutan ketiga yang dipertimbangkan oleh
konsumen dengan nilai Eigen Value terbesar yaitu 1,915. Variabel yang memiliki factor
loading terbesar adalah variable kemudahan mencapai lokasi sebesar 0,814 yang
artinya bahwa variabel kemudahan mencapai lokasi memiliki korelasi kuat
terhadap faktor referensi.
Faktor
yang menyebabkan perilaku pembelian seseorang bisa juga dipengaruhi oleh
referensi kelompok. Referensi kelompok adalah kelompok sosial yang menjadi
ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk kepribadian
dan perilakunya (Sudarmiatin, 2009). Tingkat pengetahuan yang kurang
pada responden terhadap lokasi-lokasi pemasaran produk bakso
menjadi pertimbangan konsumen untuk menerima pendapat atau
masukan-masukan yang diberikan oleh orang-orang disekitar responden.
Faktor
promosi disini sangat berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk tersebut
oleh responden.
Faktor
promosi salah satunya yaitu tentang kemudahan mencapai lokasi produk tersebut
dipasarkan. Kemudahan mencapai lokasi tersebut sangat dipertimbangkan responden
untuk membeli produk tersebut, karena apabila lokasi tersebut sulit dijangkau
maka responden akan memilih lokasi yang lainnya.
Faktor
kepedulian produsen memiliki persentase varians sebesar 6,951% dan memiliki
urutan keempat faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dengan nilai Eigen
Value terbesar yaitu 1,529. Variabel yang memiliki factor loading terbesar
adalah variabel tempat parkir sebesar 0,780 yang artinya bahwa variabel tempat
parkir memiliki korelasi kuat terhadap faktor kepedulian produsen. Tempat
parkir pada lokasi penjualan produk sangat dipertimbangkan oleh responden,
karena konsumen akan lebih merasa nyaman jika pada saat menikmati bakso,
kendaraan yang diparkir terletak pada tempat yang aman dan diawasi oleh petugas
parkir. Sulistyawati (2004), menyatakan bahwa tersedianya sarana parkir yang
memadai dan aman merupakan faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian
suatu produk, karena hal ini dapat memberikan keamanan dan kenyamanan terutama
dari gangguan pengamen, pedagang asongan dan pengemis. Kebersihan tempat juga
dipertimbangkan oleh responden, karena lokasi yang bersih, sarana dan prasarana
yang bersih, serta sirkulasi udara yang lancar akan menambah nafsu makan
responden. Kebersihan tempat merupakan salah satu yang harus diperhatikan oleh
pemilik usaha produk tersebut dikarenakan apabila tempat penyajian produk tidak
bersih akan menyebabkan penyebaran penyakit yang ditularkan oleh konsumen kepada
konsumen yang lainnya. Faktor karakteristik produk memiliki persentase varian
sebesar 6,938%. Variabel tampilan penyajian memiliki factor loading terbesar
0,924 bahwa variabel tampilan penyajian memiliki korelasi kuat terhadap faktor
karakteristik produk. Tampilan penyajian suatu produk sangat dipertimbangkan
oleh responden dalam membeli bakso daging sapi. Penyajian produk yang diberikan
pada responden kurang menarik akan mengurangi selera makan responden begitu
juga sebaliknya jika penyajian produk terlihat menarik maka responden akan
bertambah selera makan. Tampilan penyajian suatu produk sangat berkaitan dengan
rasa dan tekstur produk yang disajikan. Faktor pengalaman memiliki persentase
varian sebesar 5,663%. Variabel yang memiliki factor loading terbesar
adalah variabel kepuasan sebelumnya sebesar 0,798 yang artinya bahwa variable
kepuasan sebelumnya memiliki korelasi kuat terhadap faktor pengalaman. Kepuasan
pembelian produk sebelumnya merupakan salah satu hal yang sangat
dipertimbangkan oleh responden dalam pembelian produk tersebut. Hal ini
dikarenakan pengalaman pembelian produk sebelumnya akan menjadi kesan
tersendiri bagi para responden. Apabila responden merasa puas pada saat membeli
produk sebelumnya maka responden akan membeli produk tersebut kembali. Selain
itu hobi merupakan suatu hal yang berpengaruh terhadap responden dalam
pembelian produk tersebut karena produk bakso daging sapi merupakan makanan
yang banyak digemari oleh berbagai kalangan masyarakat sehingga banyak
responden yang membeli produk tersebut karena kesenangan atau hobi mengkonsumsi
produk tersebut. Faktor kepuasan konsumen memiliki persentase varian sebesar
4,790%. Variabel yang memiliki factor loading terbesar adalah variabel
pendapatan sebesar 0,748 yang artinya bahwa variabel ini memiliki korelasi kuat
terhadap faktor kepuasan konsumen. Pendapatan berkaitan dalam mempertimbangkan
pembelian produk bakso. Responden yang memiliki pendapatan lebih banyak
cenderung memiliki kepribadian yang boros atau lebih mudah menghambur-hamburkan
uang untuk mendapatkan kepuasan, sehingga responden lebih banyak membeli produk
tersebut untuk memenuhi kepuasan mengkonsumsi produk tersebut. Sebaliknya jika
responden berpenghasilan lebih sedikit cenderung memiliki kepribadian yang
lebih terkendali sehingga para responden tidak hanya memikirkan kepuasan
semata. Sulistyawati (2004) menyatakan bahwa tingkat pendapatan juga mempunyai
pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Pendapatan yang dimaksud disini
adalah pendapatan individu konsumen. Pendapatan menjadi hal yang sangat penting
karena keputusan pembelian erat kaitannya dengan tingkat pendapatan seseorang
dan pengeluaran seseorang. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang
cenderung semakin tinggi pula pengeluaran yang dilakukan. Faktor karakteristik
konsumen memiliki persentase varian sebesar 4,708% dan merupakan urutan
kedelapan yang dipertimbangkan oleh konsumen karena mempunyai nilai Eigen
Value terbesar yaitu 1,036. Variabel demografi sudah pasti memiliki factor
loading terbesar karena variable demografi merupakan variabel satu-satunya
yang diwakili faktor karakteristik konsumen yaitu sebesar 0,767 yang artinya
bahwa variabel demografi memiliki korelasi yang sangat kuat terhadap faktor
karakteristik konsumen. Demografi konsumen didekati dengan variabel-variabel
seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan. Responden wanita
cenderung lebih senang berbelanja, mudah terpengaruholeh emosi, dan menyukai
jajan atau makanan camilan.
Kesimpulan
Sebagian besar
responden yang melakukan pembelian bakso adalah perempuan, berstatus pelajar,
mempunyai umur di bawah 35 tahun, pendapatan individu yang diperoleh antara Rp.
1.000.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 per bulan dan harga bakso Rp. 5.000,00
seporsi dapat dikategorikan terjangkau. Pola mengkonsumi bakso bukan sebagai
makanan pokok tetapi sebagai kuliner, hobi, dan makanan camilan. Delapan faktor
yang dipertimbangkan responden secara berurutan adalah harga, kelas sosial,
kemudahan mencapai lokasi, parkir, tampilan penyajian, kepuasan, pendapatan,
dan demografi.
Daftar
Pustaka
Asseal,
H. 1992. Consumer Behavior and Marketing Action. New York: PWS-KENT. Publishing
Company, Boston.
Hermanianto,
J. dan R.Y. Andayani. 2002. Studi perilaku konsumen dan identifikasi parameter
bakso sapi
berdasarkan preferensi konsumen di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Teknologi dan
Indutri Pangan 13(1): 1-10.
Parubak,
B., A. Thoyib, dan A. Suman. 2004. Faktor faktor yang dipertimbangkan konsumen
dalam
pembelian kain donggala di Kotamadya Palu. Kumpulan Artikel Seminar Hasil
Penelitian. Bidang Kajian Perilaku Konsumen. Program Magister Manajemen.
Pascasarjana, Universitas Brawijaya. Malang.
Hal.
1-12.
Sudarmiatin.
2009. Model perilaku konsumen dalam perspektif teori dan empiris pada
jasa pariwisata. Jurnal Ekonomi Bisnis 14(1): 1- 11.
Sulistyawati,
E. 2004. Analisis faktor faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
keputusan pembelian produk patung kayu pada toko kerajinan di Kecamatan
Sukawati, Gianyar, Bali.
Kumpulan
artikel Seminar Hasil Penelitian. Bidang kajian Perilaku Konsumen. Program
Magister Manajemen Universitas Brawijaya Malang. Hal. 67-84.
Tedjakusuma,
R., S. Hartini, dan Muryani. 2001. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku konsumen dalam pembelian air minum mineral di Kotamadya Surabaya.
Jurnal Penelitian Dinamika Sosial 2(3): 48-58.
Tarwotjo,
I., S. Hartini, S. Soekirman, dan Soekarno. 1971. Komposisi Tiga Jenis Bakso.
Akademi Gizi, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar